Pasar Segamas Raih Penghargaan Pasar Tradisional Terbaik Nasional

DSC_0090

PURBALINGGA, BLH – Selain penghargaan Anugerah Adipura, tahun ini Purbalingga juga mendapat penghargaan Pasar Tradisional Terbaik se Indonesia dalam pengelolaan sampah. “Pasar Segamas yang menjadi pasar tradisional terbaik di Jawa Tengah, menjadi Pasar Tradisional Terbaik Nasional dalam pengelolaan sampah,” jelas Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Purbalingga.

Penghargaan untuk pasar Segamas diserahkan kepada Bupati Purbalingga oleh Menteri Lingkungan Hidup  Balthasar Kambuaya, di Hotel Redtop Jakarta Pusat, Kamis (5/6).

Kepala UPTD Pasar Segamas, Sunarto menuturkan, diraihnya penghargaan  lingkungan hidup berupa Plakat Adipura dari Kementerian Lingkunga Hidup merupakan prestasi yang cukup prestisius karena tingkatnya nasional.

Selama ini, menurut Sunarto, pasar tradisional identik dengan lingkungan yang kotor. Karenanya, sejak dirinya mengkordinir seluruh pengelolaan pasar Segamas, dirinya selalu mengarahkan agar pedagang bisa bekerjasama dengan pengelola pasar dalam penanganan sampah pasar.

“Setelah mendapat penghargaan, kita bersama masih perlu mempertahankan kekompakan antara pedagang, pengelola dan seluruh petugas kebersihan pasar. Kita bangga atas peran paguyuban pedagang pasar Segamas,” katanya.

Sunarto mengakui, produksi sampah pasar Segamas belum seluruhnya ditangani dengan maksimal. Meski telah dilakukan pemilahan dan pengolahan sampah organic, namun belum dapat diolah seluruhnya menjadi pupuk organic. Masih ada sebagian sampah pasar yang harus dibuang ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).

“Saya kira perlu diupayakan adanya unit pengolahan sampah yang lebih besar lagi. Sehingga seluruh produk sampah pasar dapat diolah dan dimanfaatkan sebagai pupuk organik,” harapnya.

Sementara itu, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Purbalingga Ichda Masrianto menuturkan, pengolahan sampah pasar Segamas, dilakukan melalui metode Biometangreen. Hasil akhir dari proses pengolahan itu, berupa pupuk cair dan biogas.

“Memang operasionalnya masih seminggu dua kali. Dalam satu bulan baru bisa mengolah sampah sebanyak 16 bak motor roda tiga atau sekitar 50 meter kubik sampah organic,” jelasnya.

Ichda juga berharap, kedepan pengolahan sampah bias ditangani lebih optimal bekerjasama dengan pihak ketiga. (BLH/ac)

DSC_0071 DSC_0070DSC_0095

You may also like...