Pengelolaan Lingkungan Bersih Harus Jadi Budaya
PURBALINGGA, HUMAS – Pengelolaan tata lingkungan yang bersih, indah dan nyaman harus menjadi budaya dari seluruh komponen masyarakat di Purbalingga. Sayangnya, meski Kabupaten Purbalingga sudah mendapatkan Piala Adipura hingga lima kali berturut-turut, namun kesadaran untuk menciptaka lingkungan yang bersih belum membudaya di masyarakat.
Hal tersebut disampaikan Bupati Sukento Rido Marhaendrianto saat acara evaluasi penilaian pertama (P1) Adipura dan persiapan penilaian kedua (P2), di Operation Room Graha Adiguna, Sabtu (29/3).
Bupati berharap melalui penilaian Adipura, dapat membentuk budaya masyarakat yang pro lingkungan, sehingga kegiatan pengelolaan lingkungan yang bersih dan hijau tidak hanya pada saat penilaian Adipura saja.
“Saya minta para pimpinan SKPD menjadi pelopornya. Kita yang harus mempeloporinya,” kata Bupati sembari mengajak seluruh komponen masyarakat untuk meningkatkan kepedulian terhadap upaya pengelolaan lingkungan di wilayahnya.
Hal serupa disampaikan oleh Kasubid Pengendalian Pencemaran Udara, Limbah Padat dan B3 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, Marna Haryoto. Menurut Dia, pengelolaan kebersihan lingkungan dalam masyarakat belum menjadi budaya. Oleh karena itu, masyarakat masih harus “Dipaksa” agar mau peduli dan bersahabat dengan lingkungannya.
“Misalnya sarana prasarana kebersihan sudah ada, seperti tong sampah dan lainnya. Tetapi masyarakat belum tahu maanfaatnya sehingga masih membuang sampah seenaknya. Atau sudah ada tempat sampah terpilah, tapi masyarakat belum tahu fungsinya. Ini masih butuh edukasi yang terus-menerus,” jelasnya.
Menurut Marna Haryoto, adanya penilaian Adipura menjadi alat ”Memaksa” kepemimpinan daerah, aparat daerah, masyarakat dan dunia usaha untuk lebih peduli dengan pengelolaan lingkungan yang baik. “Ketika pemerintah sudah bergerak, perlu adanya partisipasi masyarakat dan dunia usaha. Jangan sampai ada anggapan, masalah sampah hanya menjadi urusan pemerintah saja,” tandasnya.
Sementara, Kepala Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa (PPEJ), Slamet Prianto menuturkan, Adipura merupakan stimulasi untuk mendorong tata kelola lingkungan hidup yang baik.
“Pengelolaan lngkungan harus menjadi milik semua, tanpa rekayasa dan ada keberlanjutan. Komponen masyarakat menjadi yang paling mendasar dalam kontek penilaian Adipura. Bukan karena penghargaan semata tapi bagaimana mendorong pengelolaan lingkungan menjadi budaya seluruh mayarakat,” katanya.
Menurut Slamet, penanganan kota bersih dan hijau akan memberikan keuntungan bagi investasi dan pariwisata di kota itu. “Kalau kotanya bersih, pasti investasi akan datang dengan sendirinya. Sektor pariwisata juga diuntungkan karena masyarakat akan merasa nyaman tinggal di Purbalingga,” tambahnya.
Kepala BLH Purbalingga Ichda Masrianto mengatakan, pada penilaian pertama (P1) Adipura 2013-2014, Purbalingga mendapatkan nilai 73,82. Artinya, pada penilaian kedua yang diperkirakan dilaksanakan usai pemilu legislative, masih butuh kerja keras dari semua komponen masyarakat.
“Kita harus optimis dapat kembali mempertahankan penghargaan Adipura ke 6 kalinya,” katanya. (Humas/Hr).
Komentar Terkini