Tasyakuran Adipura

tasyakuran adipura

Bupati Purbalingga Drs H Heru Sudjatmoko, M.Si mengaku sering mencermati kerja para pasukan kuning atau penyapu jalan yang membersihkan jalanan di alun-alun dan sekitar kota. Mereka bekerja tak mengenal cuaca, meski hujan, jika jadwalnya harus menyapu jalan, tetap dilakukan. ”Saya sering melihat dan mengamati, para anggota pasukan kuning, tetap bekerja saat hujan, meski menggunakan mantel plastik yang tipis. Ini perlu dipikirkan, mantele aja sing plastik,” ujar Heru Sudjatmoko saat menyampaikan sambutan pada acara Tasyakuran diraihnya penghargaan Adipura di Pendapa Dipokusumo, Sabtu (15/6) malam.

Tasyakuran itu selain dihadiri para penyapu jalan, juga dari jajaran Muspida, kepala kelurahan, ketua RT dan RW di wilayah kota yang menjadi titik pantau penilaian Adipura,  organisasi masyarakat yang peduli dengan kebersihan, para pimpinan instansi, relawan tim pendukung Ganjar Pranowo – Heru Sudjatmoko, komunitas Retro, komunitas Jeep, dan tamu undangan lainnya. Pemkab sengaja menggelar acara itu dengan pesta kuliner seperti soto, bakso, mendoan, tahu berontak dan wedang ronde. Acara semakin meriah dengan hiburan lagu-lagu Koes Plus dari anggota Insan Musik Purbalingga.

Menurut Bupati, meski para penyapu jalan melakukan tugas menyapu tiga kali dalam sehari, namun disisi lain pihaknya berharap kesadaran masyarakat untuk ditingkatkan. Bupati Heru masih mencermati ada warga atau pengunjung alun-alun yang membuang bungkus makanan atau sampah sembarangan. ”Mbuangnya masih kepenak saja. Seolah-olah alun-alun seperti tempat sampah yang luas. Mungkin mereka kadang tidak menyadari saat membuang sampah itu,” ujar Bupati Heru.

Bupati Heru meminta agar petugas Satpol PP untuk tidak ragu-ragu mengingatkan warga yang membuang sampah sembarangan di alun-alun atau di sekitar kota. ”Ingatkan yang sopan, jangan sampai yang diperingatkan malah tersinggung. Lakukan edukasi agar terbiasa membuang sampah pada tempatnya, kalau sudah terbiasa hidup bersih mereka akan disiplin membuang sampah,” pintanya.

Dikatakan Bupati, tasyakuran Adipura digelar bukan untuk pamer piala, tetapi sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada masyarakat. Selain bersyukur, acara tasyakuran juga sekaligus sebagai laporan, khususnya kepada masyarakat kota dan semua semua pihak yang mengurus kebersihan jalan, pasar, sungai, sampai di perkantoran. Adipura tentu diraih atas kebersamaan semua pihak, pemerintah dengan masyarakat. Tanpa kebersamaan dengan segenap warga, tentua tidak akan ada artinya. ”Saat kirab Adipura sebelumnya, saya juga semat meminta, jika kota dalam keadaan kotor, tidak perlu ada kirab. Malah nanti bisa membuat malu, sudah mendapat Adipura tetapi kotanya kotor,” kata Heru.

Bupati juga memuji peran masyarakat yang sudah mulai meningkat dalam menjaga kebersihan di lingkungan tempat tinggalnya termasuk dalam membuang sampah rumah tangga. ”Sudah banyak sekali kemajuan kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah. Disisi lain, sejumlah organisasi yang berperan memperhatikan kebersihan juga sudah berjalan baik. Hal ini perlu terus ditingkatkan, demikian juga dengan kebersihan di sekolah, puskesmas dan perkantoran. Kebersihan kantor harus menjadi contoh, jangan gembar gembor disana-sini, tapi malah tidak memberi contoh yang baik,” ujarnya.

Dibagian lain, Bupati Heru juga menyampaikan permohonan maaf karena masih ada jalan-jalan yang rusak, meski telah diupayakan semaksimal mungkin untuk diperbaiki. Masyarakat tidak mempermasalahkan itu jalan provinsi apa jalan kabupaten, yang penting jika ada jalan rusak bisa segera diperbaiki. ”Kritik masukan melalui koran, SMS, menjadi bahan evaluasi saya. Kadang saya berpikir, kenapa tidak SMS kepada kepala DPU saja, kalau SMS ke saya, langsung saya teruskan kepada kepala DPU. Mudah mudahan kekurangan itu jadi pekerjaan rumah saya, bukannya saya lepas tanggungjawab, kerusakan jalan tidak hanya bisa selesai ditangani bupati yang hebat sekalipun, apalagi bupati Purbalingga sekarang tidak hebat, biasa biasa saja,” ujar Heru merendah. (Humas/y/Hr/Kmn)

You may also like...