Rancang Visi Kota Hijau, FKH Diminta Libatkan Masyarakat
PURBALINGGA, BLH – Akhir tahun 2014 ini, Purbalingga sebagai salah satu pilot proyek Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) diharuskan telah menyusun visi kota hijau. Visi kota hijau ini nantinya menjadi jiwa bagi segenap komponen kota, termasuk pemerintah dan masyarakat sehinga perlu dirumuskan dengan tepat.
“Visi itu harus mudah diingat. Karenanya harus dipilih kata yang pendek, tidak lebih dari dua sampai tiga kata tapi memiliki makna yang berkaitan dengan program kota hijau,” ungkap Nirwono Yoga, Tim Pendamping P2KH dari Direktorat Jenderal Penataan Ruang pada Kementerian Pekerjaan Umum, saat memberikan pengarahan dalam Fokus Grup Discution (FGD) yang diselenggarakan Forum Komunitas Hijau Purbalingga di Taman Terbuka Hijau Bojong, Sabtu sore (20/9).
FGD yang telah diadakan hingga kali ketiga, untuk menjalin kebersamaan diantara komunitas pendukung kota hijau sekaligus melakukan diskusi kelompok guna merumuskan visi kota hijau versi masyarakat. Meski telah dilakukan beberapa kali diskusi namun hingga FGD ketiga belum diperoleh visi yang tepat bagi penyelenggaraan program kota hijau di Purbalingga.
“FKH bisa bekerjasama dengan media seperti radio dan lainnya untuk menghimpun lebh banyak ide-ide gila dari masyarakat. Intinya, visi harus berupa kalimat pendek, mudah diingat dan mengandung makna yang bisa mengakomodir berbagai komunitas yang ada,” Ujar Yoga.
Sebenarnya, dalam FGD tersebut, perwakilan komunitas telah berhasil merumuskan beberapa konsep visi kota hijau. Meski demikian konsep tersebut masih dinilai terlalu bertele-tele sehingga masih perlu dilakukan penyempurnaan.
Rencananya, tagline visi kota hijau ini akan dilombakan dalam kegiatan Festival Kota hijau yang akan diselenggarakan pada Oktober mendatang.
Dibagian lain, Nirwono Yoga menuturkan, dalam mengembangkan kota hijau, terdapat 8 atribut yang harus dipenuhi. Yang pertama adalah perencanaan dan perancangan kota (Green Planning and Design), yang bertujuan meningkatkan kualitas rencana tata ruang dan rancang kota yang lebih sensitif terhadap agenda hijau, upaya adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim.
Kemudian ke dua adalah pembangunan ruang terbuka hijau (Green Open Space) untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas RTH sesuai dengan karakteristik kota/ kabupaten, dengan target RTH 30%. Ketiga adalah Green Community, yaitu pengembangan jaringan kerjasama pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha yang sehat.
Selanjutnya, Yang ke empat adalah pengurangan dan pengolahan limbah dan sampah (Green Waste), dengan menerapkan zero waste, pengembangan sistem transportasi berkelanjutan (Green Transportation) yang mendorong warga untuk menggunakan transportasi publik ramah lingkungan, serta berjalan kaki dan bersepeda dalam jarak pendek.
Atribut lainnya adalah peningkatan kualitas air (Green Water) dengan menerapkan konsep ekodrainase dan zero runoff, kemudian Green Energy, yaitu pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah lingkungan dan terakhir adalah Green Building, yaitu penerapan bangunan hijau yang hemat energi.
“Purbalingga sejauh ini telah menerapkan sedikitnya tiga atribut. Dan masih harus ditingkatkan hingga 8 atribut ini bisa dilaksanakan,” tambahnya.
Diantara kabupaten/kota penerima program P2KH, lanjut Yoga, Purbalingga menjadi yang terbaik di Jawa Tengah. Bahkan Purbalingga berpeluang menjadi kota rujukan bagi kabupaten/kota lainnya yang akan segera mendapat program serupa se Indonesia. (Hr)
Komentar Terkini